Sinopsis Novel Belenggu Karya Armijn Pane
Perkawinan Tono (Dr. Sukartono) dengan Sumartini tidak membuahkan kebahagiaan meskipun pada mulanya Sumartini diperoleh dengan cara yang susah. Di masa mudanya, Sumartini tergolong gadis yang cantik dan menjadi rebutan para pemuda. Hanya Sukartono yangerhasil memilikinya.
Sumartini menikah dengan Dr> Sukartono tidak didasari oleh rasa cinta. Ia merasa perkawinan itu sebagai pertalian biasa yang sewaktu-waktu bisa diputuskan. Itulah sebabnya Sumartini mendasari perkawinannya hanya sekadar ingin membantu karier Sukartono.
Makin lama kerenggangan di salam keluarga semakin jelas. Tono sibuk dengan pasiennya, sementara Tini (Sumartini) sibuk dengan kesepiannya. Wanita itu kahirnya merasa bahwa dirinya tidak lebih hanya menunggu telepon. Perselisihan yang terkjadi di antara mereka sama-sama beralasan dan sama-sama benar. Dalam hal ini tentu keadaanlah yang disalahkan.
Sementara itu, muncullah Rohayah, teman Tono sewaktu masih sekolah di Mulo dulu. Rohayah yang lebih populer dipanggil Yah baru saja diceraikan suaminya. Ia seorang artis yang memiliki kehidupan bebas karena merasa jauh lebih modern. Yah pergi ke Jakarta dan tinggal di sebuah hotel. Dari buku telepon ia mnemukan nomor telepon Dr. Sukartono. Yah memendam cinta kepada Sukartono, tetapi tidak pernah terucapkan.
Dari hotel, secara untung-untungan Yah menelepon ke rumah Tono, berpura-pura sakit. Waktu diperiksa Tono, ia membiarkan kimononya tersingkap sedemikian rupa. Namun Tono yang masih memiliki kesetiaan kepada istrinya mengatakan agar Yah tidak perlu berlaku demikian.
Beberapa kali Tono mendatangi Yah di kamar hotelnya, kemudian di rumah Yah yang baru. Setiap kali itu pula Tono merasakan sesuatu yang lain dari apa yang dialaminya di rumah sendiri. Berada di rumah Yah terasa ada kebahagiaan yang sebenarnya sangat didambakannya. Tidak mustahil akhirnya Tono mulai tertarik pada Yah. Mereka mulai sering bersama-sama. Sementara hubungan Tono dengan istrinya sendiri makin renggang. Misalnya Tono tidak lagi menjemput Sumartini waktu ada acara resepsi.
Sumartini pada akhirnya mengetahui kalau Yah telah merebut hati suaminya. Didatanginya perempuan itu. Di sana terjadi perdebatan sengit antara Yah dan Sumartini. Dalam perdebatan itu Yah menuduh Sumartini ernah juga berbuat demikian terhadap seorang mahasiswa Sekolah Teknik Tinggi, pacar Yah. Akhirnya Sumartini pergi ke Surabaya dan belakangan menjadi pengasuh bagi anak-anak yatim.
Sukartono tidak merasa cemas ditinggalkan Sumartini sebab di Jakarta masih ada Yah. Tetapi tanpa diduga-duga sepeninggal Sumartini, Yah pun pergi meningga;lkan Sumartono ke Caledonia. Ia hanya meninggalkan sebuah plat gramofon yang berisi nyanyian suaranya sendiri sebagai lagu kenangan buat Sukartono.
Dalam kesendirian dan untuk mengusir kesepiannya, Dr. Sukartono bergaul dengan buku-buku, terutama buku kebatinan.
Sumartini menikah dengan Dr> Sukartono tidak didasari oleh rasa cinta. Ia merasa perkawinan itu sebagai pertalian biasa yang sewaktu-waktu bisa diputuskan. Itulah sebabnya Sumartini mendasari perkawinannya hanya sekadar ingin membantu karier Sukartono.
Makin lama kerenggangan di salam keluarga semakin jelas. Tono sibuk dengan pasiennya, sementara Tini (Sumartini) sibuk dengan kesepiannya. Wanita itu kahirnya merasa bahwa dirinya tidak lebih hanya menunggu telepon. Perselisihan yang terkjadi di antara mereka sama-sama beralasan dan sama-sama benar. Dalam hal ini tentu keadaanlah yang disalahkan.
Sementara itu, muncullah Rohayah, teman Tono sewaktu masih sekolah di Mulo dulu. Rohayah yang lebih populer dipanggil Yah baru saja diceraikan suaminya. Ia seorang artis yang memiliki kehidupan bebas karena merasa jauh lebih modern. Yah pergi ke Jakarta dan tinggal di sebuah hotel. Dari buku telepon ia mnemukan nomor telepon Dr. Sukartono. Yah memendam cinta kepada Sukartono, tetapi tidak pernah terucapkan.
Dari hotel, secara untung-untungan Yah menelepon ke rumah Tono, berpura-pura sakit. Waktu diperiksa Tono, ia membiarkan kimononya tersingkap sedemikian rupa. Namun Tono yang masih memiliki kesetiaan kepada istrinya mengatakan agar Yah tidak perlu berlaku demikian.
Beberapa kali Tono mendatangi Yah di kamar hotelnya, kemudian di rumah Yah yang baru. Setiap kali itu pula Tono merasakan sesuatu yang lain dari apa yang dialaminya di rumah sendiri. Berada di rumah Yah terasa ada kebahagiaan yang sebenarnya sangat didambakannya. Tidak mustahil akhirnya Tono mulai tertarik pada Yah. Mereka mulai sering bersama-sama. Sementara hubungan Tono dengan istrinya sendiri makin renggang. Misalnya Tono tidak lagi menjemput Sumartini waktu ada acara resepsi.
Sumartini pada akhirnya mengetahui kalau Yah telah merebut hati suaminya. Didatanginya perempuan itu. Di sana terjadi perdebatan sengit antara Yah dan Sumartini. Dalam perdebatan itu Yah menuduh Sumartini ernah juga berbuat demikian terhadap seorang mahasiswa Sekolah Teknik Tinggi, pacar Yah. Akhirnya Sumartini pergi ke Surabaya dan belakangan menjadi pengasuh bagi anak-anak yatim.
Sukartono tidak merasa cemas ditinggalkan Sumartini sebab di Jakarta masih ada Yah. Tetapi tanpa diduga-duga sepeninggal Sumartini, Yah pun pergi meningga;lkan Sumartono ke Caledonia. Ia hanya meninggalkan sebuah plat gramofon yang berisi nyanyian suaranya sendiri sebagai lagu kenangan buat Sukartono.
Dalam kesendirian dan untuk mengusir kesepiannya, Dr. Sukartono bergaul dengan buku-buku, terutama buku kebatinan.