Apa dan Bagaimana Contoh Lapis Struktur dalam Puisi?
Apa dan Bagaimana Contoh Lapis Struktur dalam Puisi?--- Simak dan perhatikanlah penggalan puisi berikut ini!
Pulau Pandan jauh di tengah
Di balik pulau Angsa Dua
Hancur badan di kandung tanah
Budi baik terkenang jua
DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
.....................................
HAMPA
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut.
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi
.....................................
Jika kita amati ketiga kutipan puisi di atas, terlihat adanya perulangan bunyi-bunyi yang sama yang mengarah pada suatu irama tertentu. Persamaan bunyi pada puisi pertama yang dominan terletak di akhir baris.
Perhatikan kata-kata: tengah, dua, tanah, jua. Persamaan bunyi tersebut mengarah pada bentuk rima berpeluk/berpaut.
Pada puisi kedua terdapat persamaan bunyi pada kata-kata:
Tuhanku, termangu, namaMu serta pada kata-kata: sungguh, seluruh. Persamaan bunyi tersebut menciptakan efek ritme yang dinamis, berbeda dengan puisi pertama yang menciptakan efek ritme yang statis.
Puisi kedua menuansakan suasana ketertekanan batin, berat, sunyi, dan kesedihan.
Demikian juga dengan puisi yang ketiga.
LAGU GADIS ITALI
Buat Silvana Maccari
(Karya Sitor Situmorang)
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemput abang di teluk Napoli.
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja di bukit Itali
Sehari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari.
...........................................
Pada puisi di atas kita temukan perulangan bunyi yang cerah seperti bunyi vokal i, e, a yang dominan dan adanya suasana kegembiraan serta kesenangan. Perulangan bunyi yang bernuansa cerah disebut euphony.
Perulangan bunyi vokal o, u, atau diftong ou akan menimbulkan nuansa berat, ketertekanan batin, mengerikan, kebekuan, kesunyian, atau kesedihan yang disebut cacophony.
Pengaruh bunyi/rima dalam puisi sangat besar, karena:
a. menciptakan nilai keindahan lewat unsur musikalitas dan kemerduan.
b. menuansakan suatu makna tertentu sebagai wujud rasa dan sikap penyairnya.
c. menciptakan suasana tertentu sebagai perwujudan suasana batin dan sikap penyairnya.
Disamping penggunaan rima dan irama, dalam memahami puisi kita perlu memperhatikan lapis bentuk/struktur yang lain dari puisi, seperti: diksi, baris, enjabemen, bait, dan tipografi.
Pulau Pandan jauh di tengah
Di balik pulau Angsa Dua
Hancur badan di kandung tanah
Budi baik terkenang jua
DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
.....................................
HAMPA
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut.
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi
.....................................
Jika kita amati ketiga kutipan puisi di atas, terlihat adanya perulangan bunyi-bunyi yang sama yang mengarah pada suatu irama tertentu. Persamaan bunyi pada puisi pertama yang dominan terletak di akhir baris.
Perhatikan kata-kata: tengah, dua, tanah, jua. Persamaan bunyi tersebut mengarah pada bentuk rima berpeluk/berpaut.
Pada puisi kedua terdapat persamaan bunyi pada kata-kata:
Tuhanku, termangu, namaMu serta pada kata-kata: sungguh, seluruh. Persamaan bunyi tersebut menciptakan efek ritme yang dinamis, berbeda dengan puisi pertama yang menciptakan efek ritme yang statis.
Puisi kedua menuansakan suasana ketertekanan batin, berat, sunyi, dan kesedihan.
Demikian juga dengan puisi yang ketiga.
LAGU GADIS ITALI
Buat Silvana Maccari
(Karya Sitor Situmorang)
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemput abang di teluk Napoli.
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja di bukit Itali
Sehari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari.
...........................................
Pada puisi di atas kita temukan perulangan bunyi yang cerah seperti bunyi vokal i, e, a yang dominan dan adanya suasana kegembiraan serta kesenangan. Perulangan bunyi yang bernuansa cerah disebut euphony.
Perulangan bunyi vokal o, u, atau diftong ou akan menimbulkan nuansa berat, ketertekanan batin, mengerikan, kebekuan, kesunyian, atau kesedihan yang disebut cacophony.
Pengaruh bunyi/rima dalam puisi sangat besar, karena:
a. menciptakan nilai keindahan lewat unsur musikalitas dan kemerduan.
b. menuansakan suatu makna tertentu sebagai wujud rasa dan sikap penyairnya.
c. menciptakan suasana tertentu sebagai perwujudan suasana batin dan sikap penyairnya.
Disamping penggunaan rima dan irama, dalam memahami puisi kita perlu memperhatikan lapis bentuk/struktur yang lain dari puisi, seperti: diksi, baris, enjabemen, bait, dan tipografi.