Mengenal Puisi Klasik Mantra dan Contohnya
Mengenal Puisi Klasik Mantra dan Contohnya--- Mantra dianggap sebagai permulaan bentuk sastra klasik. Mantra adalah bentuk puisi lama yang berisikan puji-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau yang dikeramatkan, seperti dewa-dewa, roh, binatang, atau Tuhan.
Mantra biasanya diucapkan secara lisan oleh pawang atau dukun sewaktu melaksanakan upacara-upacara tertentu, seperti panen dan berburu.
Sewaktu panen, menangkap ikan, berburu, ataupun mengumpulkan hasil-hasil hutan, orang-otang dulu membujuk hantu-hantu yang baik dan mengusir hantu-hantu yang jahat dengan menggunakan mantra-mantra.
Misalnya, untuk menangkap buruannya dengan mudah ketika berburu rusa, mereka mengucapkan mantra:
Sirih lunar pinang lunar
Terletak di atas penjuru
Hantu buta, jembalang buta
Aku mengangkatkan jembalang rusa.
Ketika berburu rusa tersebut, mereka sering kali harus berhadapan dengan binatang buas, penghuni hutan rimba, seperti harimau atau ular.
Untuk itu, mereka membaca mantra:
Hai si ganipar alam.
Gegap gempita.
jarum besi akan rumahku.
jarum tembaga akan rumahku
jarum tembaga akan rumahku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akan tongkat mulutku.
Harimau menderam dipengriku,
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dengan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak membinasakan aku.
Mereka beranggapan bahwa dengan membacakan mantra tersebut maka harimau, ular, dan binatang buas lainnya akan lari menjauh dan mereka selamat dari ancaman binatang buas tersebut.
Mantra biasanya diucapkan secara lisan oleh pawang atau dukun sewaktu melaksanakan upacara-upacara tertentu, seperti panen dan berburu.
Sewaktu panen, menangkap ikan, berburu, ataupun mengumpulkan hasil-hasil hutan, orang-otang dulu membujuk hantu-hantu yang baik dan mengusir hantu-hantu yang jahat dengan menggunakan mantra-mantra.
Misalnya, untuk menangkap buruannya dengan mudah ketika berburu rusa, mereka mengucapkan mantra:
Sirih lunar pinang lunar
Terletak di atas penjuru
Hantu buta, jembalang buta
Aku mengangkatkan jembalang rusa.
Ketika berburu rusa tersebut, mereka sering kali harus berhadapan dengan binatang buas, penghuni hutan rimba, seperti harimau atau ular.
Untuk itu, mereka membaca mantra:
Hai si ganipar alam.
Gegap gempita.
jarum besi akan rumahku.
jarum tembaga akan rumahku
jarum tembaga akan rumahku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akan tongkat mulutku.
Harimau menderam dipengriku,
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dengan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak membinasakan aku.
Mereka beranggapan bahwa dengan membacakan mantra tersebut maka harimau, ular, dan binatang buas lainnya akan lari menjauh dan mereka selamat dari ancaman binatang buas tersebut.