Naskah Drama (Empat Pemain): Transkrip Percakapan Bunda Azzam, Aya, Haifa, dan Azzam di PPT Jilid 6 tentang Pahala dan Kemuliaan Berumah Tangga
Naskah Drama (Empat Pemain): Transkrip Percakapan Bunda Azzam, Aya, Haifa, dan Azzam di PPT Jilid 6 tentang Pahala dan Kemuliaan Berumah Tangga--
Ditranskripsikan dari PPT 6 Episode 12 Agustus 2012 (23 Ramadan 1433 H).
Sumber foto: Google
Ketika memerankan sebuah karakter, kita harus betul-betul ‘merasuk’ ke dalam karakter yang diperankan itu, mengenali betul karakternya, dan betul-betul menghayati suasana tempat dan isi pembicaraan.Setting: Rumah Azzam. Di ruang makan, duduk Bunda Azzam, Aya, dan Haifa (kakak Aya/ istri ustad Feri). Saat itu, di depan rumah, Azzam baru saja tiba dari kantornya.
Setelah transkrip pembicaraan tokoh di sinetron PPT dengan dua pemain dan tiga pemain), kali ini saya bagi transkrip hasil rekaman pembicaraan empat tokoh, yakni Bunda Azzam, Aya, Haifa, dan Azzam.
- Bunda Azzam: “Jadi, istrinya Asrul melahirkan di rumah?”
- Haifa: “Iya, tante. Sama kayak Haifa dulu, melahirkan di rumah.”
- Bunda Azzam: “Subhaanallah, kalian beruntung sekali.”
- Haifa: “Alhamdulillah, ibu-ibu pada ngebantuin selama proses melahirkan.”
- Bunda Azzam: “Tante kagum sama wanita-wanita yang bisa melahirkan sendirian tanpa bantuan dokter atau bidan. Seperti Sitti Mariam sendirian melahirkan Nabi Isa AS.”
- Aya: “Ih, pasti sakit banget kan. Kayak apa sih Kak, rasanya?”
- Haifa: “Sudah nggak kepikiran sakit, Ay. Memang sudah takdir bayi ini harus keluar dari rahim kita.”
- Bunda Azzam: “Waktu Tante melahirkan Azzam, duh ampun deh. Kontraksinya terus-terusan, tapi nggak keluar-keluar.”
- Azzam: (Masuk ke ruang makan) “Assalaamualaikum.”
- Semua: “Waalaikum salam”
- Bunda Azzam: (Setengah berbisik kepada Aya dan Haifa) “Panjang umur.”
Azzam lalu duduk di kursi di sebelah kanan Aya, posisinya berhadapan dengan ibunya. Di sisi meja lainnya, duduk Aya dan Haifa. - Aya: “Kamu harus cium kaki ibu kamu setiap hari, Zam.”
- Azzam: (Tertegun dan langsung menukas) “Kalau harus setiap menit, akan saya lakukan.” (Tersenyum sambil memandang ibunya)
- Aya: “Kamu nggak merasa berdosa Zam, sudah menyakiti ibu kamu waktu melahirkan kamu?”
- Azzam: “Nggak, sama sekali nggak.”
- Bunda Azzam: (Terkejut setengah melotot) “Azzam?”
- Azzam: “Mama sudah menjalankan takdir mama sebagai seorang ibu dan mendapatkan pahala yg luar biasa, dan mama menikmati itu sendiri. Rasa bersalah Azzam tidak ada arti apa-apanya dibanding nikmat keibuan yang mama terima.”
- Bunda Azzam: (Dengan mata berbinar) “Kamu memang anak yang menyenangkan.”
- Azzam: (Tertawa)
- Aya: “Mau dibikinin teh nggak, Zam?”
- Azzam: “Nggak sayang, saya sudah kebanyakan minum hari ini.”
- Aya: “Aku belum pernah mendapatkan pahala mengandung, melahirkan, dan pahala menyusui. Terus kamu pengen menghalangi pahala aku untuk berbakti kepada suami. Aku dapat apa, dong?”
(Hening) - Azzam: “Kamu nggak tahu sayang, begitu banyak pahala tersembunyi yang diselinapkan oleh Allah di bawah bantal kamu. Ketika saya tidak ada, kamu tetap menjaga kesetiaan dan kehormatan kamu sebagai seorang istri. Ketika kamu diam-diam mendoakan keselamatan saya dan saya tidak mengetahui itu. Dan ketika kamu terus berharap untuk saya pulang, agar saya tidak tersesat di luar sana. Begitu banyak pahala yang disembunyikan oleh Allah untuk dirimu sendiri.”
- Aya: “Aku mau punya anak untuk kamu, Zam.”
- Azzam: (Menahan rasa haru) “Dan ketika kamu merencanakan untuk menyenangkan hati saya tentang impian anak itu, insyaallah itu pahala.”
- Aya: “Tapi kapan aku punya anak? Kita sudah terlalu lama sendiri.”
- Azzam: “Kamu baru saja menggugurkan satu pahala kesabaran.”
- Bunda Azzam: “Dan kamu baru saja menggugurkan ranting pahala itu dengan menolak teh buatan istri kamu. Menurut aja kenapa sih, Zam?”
- Azzam: “Oke oke. Saya terima teh kamu, sayang.”
- Aya: (Beranjak meninggalkan meja makan dengan wajah sumringah)
- Haifa: “Terima kasih ya, Zam. Sudah mencintai adikku dengan sangat indah.”
- Azzam: “Sama-sama, mbak.”
- Bunda Azzam: “Subhaanallah.... Saya jadi bertanya-tanya?”
- Azzam: (Terkejut sebagaimana Haifa) “Ada apa?”
- Bunda Azzam: (Menghela nafas) “Lelaki mana yang akan membawa mama pada kemuliaan rumah tangga.”
- Azzam: “Lelaki yang terampil mengamalkan agama ini dalam keluarga. Itu yang akan membawa mama ke pintu surga.”
- Aya: (Datang membawa secangkir teh) “Ini dia, surga kecilku.”
- Azzam: “Makasih, sayang.” (Sambil memberi kedipan mesra kepada sang istri).
Ditranskripsikan dari PPT 6 Episode 12 Agustus 2012 (23 Ramadan 1433 H).
Sumber foto: Google
Mantab nih gan dialog di atas tersebut
BalasHapusPostingannya sangat mantap kawan, apalagi kalau kita nyimak hasil dialog yg kita baca, sepertinya kita seolah-olah sedang bermain sinetron..hehee..
BalasHapussangat menyenangkan, baus dan menarik...
Terima kasih.....
ih, Azam emang cool......
BalasHapusMantap, Bang.. Jadi pengen mainin :)
BalasHapusMantaop banget skripnya yang bikinnya ahli banget yah. Diselipkan nilai2 keagamaan yang indah :)
BalasHapusaku suka pilem ini :))
BalasHapusga ada posting baru :)
BalasHapusAda naskah drama nih..
BalasHapussalam kenal sahabat
komentarin artikel ini ya...
http://www.timkomte.com/2012/09/traffic-pengunjung-rumahku-turun.html
@All: Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya....
BalasHapus