Secuil Kisah: Siapa Aku, Aku Siapa dan Gol A Gong
Secuil Kisah: Siapa Aku, Aku Siapa dan Gol A Gong-- Anda percaya dengan ayat seribu dinar? Anda percaya bahwa tidak baik menolak rezeki? Saya percaya!!!! Ceritanya begini. Senin silam, 22 September 2014. Saat itu saya sedang melakukan kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 di SMPN 3 Banua Lawas (desa Hapalah). Di sekolah yang sekitar 200 meter berbatasan dengan kabupaten HSU itu, sinyal HP agak lemah. Saya menerima telepon dari bu Rina, salah seorang staf di YABN yang juga panitia lomba Menulis Cerpen, dan meminta saya menjadi jurinya. Saya sempat hendak menolak mengingat kesibukan saya dalam pendampingan Kurikulum 2013. Tapi, hati saya berbisik jangan ditolak, itu rezeki. Saya lantas bertanya berapa jumlah cerpen yang diperiksa dan lantas memutuskan menerima karena menurut hemat saya masih bisa saya selesaikan dalam waktu 4 hari yang diberikan.
Tidak sampai di situ. Reputasi saya sebagai guru, dalam hal ini guru bahasa Indonesia, yang notabene 'biasa' melakukan penilaian terhadap cerpen hasil karya siswa kelas IX (dalam muatan kurikulum 2006), juga dipertaruhkan. Berbekal 33 judul cerpen untuk tiga kelompok usia (A, B, dan C) dan format penilaian yang disediakan panitia, saya melakukan pemeriksaan cerpen dan melakukan penilaian. Untuk lebih mudahnya, saya memberi catatan-catatan penilaian di halaman belakang setiap karya yang ditulis.
Setiap satu kelompok umur selesai diperiksa dan diberi catatan, saya langsung memberi skor pada format penilaian. Pertaruhan reputasi karena juri tidak hanya saya tetapi belakangan saya mengetahui kalau dua juri lainnya adalah Gol A Gong dan Tyas Tatanka, dua pasangan cerpenis dan novelis asal Banten yang terkenal itu.
Saya harus mengumpulkan kembali format nilai dan cerpen yang saya beri catatan-catatan itu pada panitia pada Jumat sore, pasalnya pada Sabtu, 27 September, pengumuman pemenang dilakukan untuk kelompok usia A (siswa SD dan SMP) dan usia B (siswa SMA). Saya tentu tidak bisa hadir karena sedang melakukan kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 di SMPN 2 Pugaan. Saat itu, saat saya berada di SMPN 2 Pugaan, saya menelepon bu Rina karena SMS beliau masuk menanyakan cerpen yang diperiksa. Saya lantas menelepon karena SMS yang masuk tertanggal sehari sebelumnya (26 September), berarti SMS-nya telat masuk. Setelah berbicara sebentar, beliau lantas meminta saya bisa hadir saat pengumuman untuk kelompok usia C (guru) dan workshop bersama Gol A Gong besok harinya (Minggu).
Saat workshop, saya datang agak telat. Tidak telat-telat amat karena acara baru dimulai. Saya duduk di tempat di mana para peserta (rekan-rekan guru) yang mengikuti lomba. Mas Gong, panggilan Gol A Gong, selanjutnya memberikan workshop menulis cerpen kepada peserta. Dimulai dengan bagaimana membuat judul, membuat nama penulis, membuat sinopsis, dan membuat paragraf awal dengan pelukisan "don't tell but show".
Saat Gol A Gong memberi tugas membuat judul, saya iseng menulis "Siapa Aku, Aku Siapa?". Tidak ada yang tahu karena saya mempersilakan peserta lain yang berkesempatan membacakan judul yang mereka buat.
Saya juga sempat diminta Gol A Gong membuat paragraf awal berdasarkan kalimat yang beliau buat. Saya harus melanjutkannya menurut imajinasi saya. Saat itu, kalimat yang Mas Gong buat adalah: "Kyai Karim hendak pergi ke pengajian." Sampai saat itu pula, tidak ada satupun dari peserta (termasuk Gol A Gong sendiri) yang mengetahui saya adalah salah seorang juri dari lomba menulis cerpen. Bukan sifat saya berkoar-koar.
Saat pengumuman pemenang lomba, barulah panitia menyebutkan nama juri yang melakukan penilaian cerpen, yaitu Gol A Gong sendiri dan istri Gol A Gong yang juga cerpenis/ novelis, Tyas Tatanka. Saat nama saya disebut sebagai juri ketiga, lantas saya berdiri, Gol A Gong terkejut. Saya segera menghampiri dan menyalami beliau sambil tersenyum geli mengingat judul cerpen yang saya buat tadi: "Siapa Aku, Aku Siapa?".
Selanjutnya penyerahan piala dan hadiah dilakukan. Saya ditunjuk Gol A Gong menyerahkan hadiah+piala pada juara ketiga yang juga anak buah saya di MGMP, Bu Norhana. Kejutan tak berhenti. Gol A Gong malah meminta saya memberikan hadiah dan piala itu juga pada juara kedua dan pertama, seolah beliau sedang 'menuntaskan' rasa bersalah beliau karena sempat 'mengerjai' saya (Mungkin. Jika benar, tentu kita dapat menyimpulkan beliau adalah orang yang seperti apa. Saya husnuzhzhon saja).
Bu Rina juga, memberikan saya 'hadiah' atas tugas memeriksa cerpen-cerpen itu. Saya sebelumnya sempat menjadi juri lomba menulis resensi (oleh YABN juga). Saat memutuskan menerima permintaan Bu Rina untuk menjadi juri lomba menulis cerpen, saya membayangkan nominal saat mendapat honor menjadi juri resensi dan saya menerima. Namun, honor kali ini, lebih besar, dan itu tak diprediksi karena sebelumnya niat saya tak mau menolak rejeki.
Saya sempat menanyakan kepada Bu Rina tentang nilai lomba menulis cerpen yang saya berikan apakah berbeda dengan juri yang lain. Ternyata tak berbeda jauh. Syukurlah, reputasi saya terjaga...
Terima kasih kepada Bu Rina (staf YABN), Bu Zuraida Hamdie (pimpinan YABN), dan Bang Firman Yusi (direktur Rumah Belajar Saraba Kawa) atas kepercayaan menunjuk saya menjadi juri. Terima kasih juga buat seluruh karyawan YABN, Rumah Belajar Saraba Kawa, dan PT Adaro and partners. Saya akui, apa yang saya petik sekarang juga dipengaruhi oleh 'pupuk' yang YABN dan Adaro and partners berikan. Termasuk beasiswa S-2 saya.
Tidak sampai di situ. Reputasi saya sebagai guru, dalam hal ini guru bahasa Indonesia, yang notabene 'biasa' melakukan penilaian terhadap cerpen hasil karya siswa kelas IX (dalam muatan kurikulum 2006), juga dipertaruhkan. Berbekal 33 judul cerpen untuk tiga kelompok usia (A, B, dan C) dan format penilaian yang disediakan panitia, saya melakukan pemeriksaan cerpen dan melakukan penilaian. Untuk lebih mudahnya, saya memberi catatan-catatan penilaian di halaman belakang setiap karya yang ditulis.
Setiap satu kelompok umur selesai diperiksa dan diberi catatan, saya langsung memberi skor pada format penilaian. Pertaruhan reputasi karena juri tidak hanya saya tetapi belakangan saya mengetahui kalau dua juri lainnya adalah Gol A Gong dan Tyas Tatanka, dua pasangan cerpenis dan novelis asal Banten yang terkenal itu.
Saya harus mengumpulkan kembali format nilai dan cerpen yang saya beri catatan-catatan itu pada panitia pada Jumat sore, pasalnya pada Sabtu, 27 September, pengumuman pemenang dilakukan untuk kelompok usia A (siswa SD dan SMP) dan usia B (siswa SMA). Saya tentu tidak bisa hadir karena sedang melakukan kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 di SMPN 2 Pugaan. Saat itu, saat saya berada di SMPN 2 Pugaan, saya menelepon bu Rina karena SMS beliau masuk menanyakan cerpen yang diperiksa. Saya lantas menelepon karena SMS yang masuk tertanggal sehari sebelumnya (26 September), berarti SMS-nya telat masuk. Setelah berbicara sebentar, beliau lantas meminta saya bisa hadir saat pengumuman untuk kelompok usia C (guru) dan workshop bersama Gol A Gong besok harinya (Minggu).
Saat workshop, saya datang agak telat. Tidak telat-telat amat karena acara baru dimulai. Saya duduk di tempat di mana para peserta (rekan-rekan guru) yang mengikuti lomba. Mas Gong, panggilan Gol A Gong, selanjutnya memberikan workshop menulis cerpen kepada peserta. Dimulai dengan bagaimana membuat judul, membuat nama penulis, membuat sinopsis, dan membuat paragraf awal dengan pelukisan "don't tell but show".
Saat Gol A Gong memberi tugas membuat judul, saya iseng menulis "Siapa Aku, Aku Siapa?". Tidak ada yang tahu karena saya mempersilakan peserta lain yang berkesempatan membacakan judul yang mereka buat.
Saya juga sempat diminta Gol A Gong membuat paragraf awal berdasarkan kalimat yang beliau buat. Saya harus melanjutkannya menurut imajinasi saya. Saat itu, kalimat yang Mas Gong buat adalah: "Kyai Karim hendak pergi ke pengajian." Sampai saat itu pula, tidak ada satupun dari peserta (termasuk Gol A Gong sendiri) yang mengetahui saya adalah salah seorang juri dari lomba menulis cerpen. Bukan sifat saya berkoar-koar.
Saat pengumuman pemenang lomba, barulah panitia menyebutkan nama juri yang melakukan penilaian cerpen, yaitu Gol A Gong sendiri dan istri Gol A Gong yang juga cerpenis/ novelis, Tyas Tatanka. Saat nama saya disebut sebagai juri ketiga, lantas saya berdiri, Gol A Gong terkejut. Saya segera menghampiri dan menyalami beliau sambil tersenyum geli mengingat judul cerpen yang saya buat tadi: "Siapa Aku, Aku Siapa?".
Selanjutnya penyerahan piala dan hadiah dilakukan. Saya ditunjuk Gol A Gong menyerahkan hadiah+piala pada juara ketiga yang juga anak buah saya di MGMP, Bu Norhana. Kejutan tak berhenti. Gol A Gong malah meminta saya memberikan hadiah dan piala itu juga pada juara kedua dan pertama, seolah beliau sedang 'menuntaskan' rasa bersalah beliau karena sempat 'mengerjai' saya (Mungkin. Jika benar, tentu kita dapat menyimpulkan beliau adalah orang yang seperti apa. Saya husnuzhzhon saja).
Bu Rina juga, memberikan saya 'hadiah' atas tugas memeriksa cerpen-cerpen itu. Saya sebelumnya sempat menjadi juri lomba menulis resensi (oleh YABN juga). Saat memutuskan menerima permintaan Bu Rina untuk menjadi juri lomba menulis cerpen, saya membayangkan nominal saat mendapat honor menjadi juri resensi dan saya menerima. Namun, honor kali ini, lebih besar, dan itu tak diprediksi karena sebelumnya niat saya tak mau menolak rejeki.
Saya sempat menanyakan kepada Bu Rina tentang nilai lomba menulis cerpen yang saya berikan apakah berbeda dengan juri yang lain. Ternyata tak berbeda jauh. Syukurlah, reputasi saya terjaga...
Terima kasih kepada Bu Rina (staf YABN), Bu Zuraida Hamdie (pimpinan YABN), dan Bang Firman Yusi (direktur Rumah Belajar Saraba Kawa) atas kepercayaan menunjuk saya menjadi juri. Terima kasih juga buat seluruh karyawan YABN, Rumah Belajar Saraba Kawa, dan PT Adaro and partners. Saya akui, apa yang saya petik sekarang juga dipengaruhi oleh 'pupuk' yang YABN dan Adaro and partners berikan. Termasuk beasiswa S-2 saya.