Contoh Teks Diskusi tentang Kontroversi Perayaan Hari Valentine
Teks diskusi adalah teks yang berisi pembahasan suatu masalah dengan mempertimbangkan untung-rugi, positif maupun negatifnya dengan alasan yang masuk akal. Teks diskusi memiliki ciri: 1. Strukturnya terdiri atas: Isu, Argumen Mendukung, Argumen Menentang, dan Simpulan/ Saran; 2. Memuat informasi yang bersifat informatif-argumentatif; 3. Ciri kebahasaannya menggunakan kata hubung perlawanan (tetapi, sedangkan, dan sebagainya).
Berikut contoh teksnya:
Struktur teks:
- Isu: "Hari valentine atau Valentine Day agaknya tidak asing......dst."
- Argumen Mendukung: "Bagi mereka yang mendukung, hari Valentine......dst."
- Argumen Menentang: "Namun kenyataannya, peringatan......dst."
- Simpulan: "Larangan peringatan Valentine ini......dst."
@Dari berbagai sumber
Tags: #contoh teks diskusi #contoh teks diskusi tentang kesehatan #contoh teks diskusi tentang lingkungan #contoh teks diskusi tentang pendidikan #contoh teks diskusi dan strukturnya #contoh teks diskusi kelompok
Berikut contoh teksnya:
Hari valentine atau Valentine Day agaknya tidak asing lagi di kalangan remaja. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menunggu-nunggu kedatangannya. Bagi mereka, Valentine Day adalah momentum mencurahkan kasih sayang kepada orang yang dicintai. Jutaan orang bertukar kartu cinta, kado spesial, hingga pesan cinta sebagai simbol perayaan Valentine yang diyakini jatuh pada tanggal 14 Februari tersebut. Adanya publikasi di media terutama televisi yang mengumbar peringatan Valentine membuat hari itu menjadi seakan spesial. Namun, di negara kita, peringatan Valentine mengundang kontroversi.
Bagi mereka yang mendukung, hari Valentine merupakan momen paling pas untuk mencurahkan kasih sayang di sela-sela kesibukan karena di hari-hari biasa, orang jarang atau terlupa menunjukkan kasih sayangnya. Walau kerap dirayakan sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta, hari tersebut juga memiliki makna lebih luas di antaranya buat menyatakan kasih dengan sesama, baik itu antara pasangan suami dan istri, orangtua dan anak, atau kakak dengan adik.
Valentine juga tidak benar jika dikaitkan dengan seks bebas. Sebab, kalau tabiatnya memang sudah seperti itu, sebelum dan sesudah valentine pun, oknum tersebut tetap melakukan. Dan katanya, yang sudah terbiasa dengan seks bebas itu bakal mengulangnya kembali. Kebetulan ada Hari Kasih Sayang, kebetulan pula tabiatnya sudah jelek seperti itu, momen valentine bakal dilakukannya untuk hal tersebut. Dan ujung-ujungnya, Peringatan Hari Valentine semakin jauh dari makna sesungguhnya (Sumber).
Namun kenyataannya, peringatan hari kasih sayang atau Valentine acapkali diidentikkan dengan pergaulan bebas serta melonjaknya penjualan alat kontrasepsi. Bahkan di beberapa daerah beredar, coklat yang berhadiah alat kontrasepsi. Momen hari valentine lebih sering dijadikan momentum menyampaikan rasa cinta dan kasih sayang kepada pasangan lawan jenisnya, atau lebih dikenal dengan istilah “pacaran”. Biasanya, para remaja akan memberikan hadiah kepada kekasihnya dengan mengucapkan “Be My Valentine”, Jadilah valentinku. Kemudian pemberian hadiah itu bisa berbentuk bunga mawar, cokelat, atau benda lain yang disukai pasangannya yang biasanya dihiasi warna pink atau ungu.
Tidak jarang hadiah yang diberikan sudah melebihi batas norma berupa pegangan tangan, membelai rambut, ciuman, sampai kepada berpelukan yang mereka anggap sebagai wujud dari kasih sayang (Sumber: Blog Getas).
Biasanya, perayaan "Valentine's Day" selalu dengan hura-hura dan bersenang-senang antara laki-laki dan wanita. Mereka saling kasih sayang dengan berlainan jenis, sehingga mengundang pergaulan seks bebas. Selain itu juga merayakan kasih sayang dengan pesta minum-minuman. Hari Valentine tidak ada urgensinya. Ini hanya hari biasa. Daripada merayakan Hari Valentine dengan memboroskan dana untuk membeli barang-barang yang tidak penting. Lagi pula, kasih sayang kepada keluarga harus ditunjukkan setiap hari, bukan hanya setahun sekali. Kasih sayang juga tidak berkonotasi dengan hubungan seksual (Sumber).
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Maria Advianti, menyesalkan Valentine yang kini justru menjadi sebuah waktu bagi sejumlah produsen dalam memasarkan produknya, seperti cokelat dan kondom. Penelusuran dari lembaga perlindungan anak itu menemukan sejumlah produk promosi pembelian dua batang cokelat berhadiah kondom di sejumlah swalayan, terutama di Jakarta. Ini bisa terjadi karena produsen yang ingin produknya agar laku. Penemuan paket cokelat dan kondom tersebut seperti pengulangan tahun lalu meski memiliki kemasan yang berbeda (Sumber: Republika). Jadi, valentine adalah momen untuk ramai-ramai berbuat mesum oleh pasangan yang belum menikah.
Maria mengatakan anak mudah galau jika tidak ikut merayakan Hari Valentine yang kerap dirayakan anak usia sekolah setiap 14 Februari. Kalau tidak dapat cokelat seperti menandakan tidak punya pacar atau disebut jomblo. Atau terjadi juga anak menjadi tidak percaya diri karena tidak menjadi bagian dari hari Valentine. Tidak mengherankan, kemudian muncullah gerakan anti valentine termasuk dari para kepala daerah seperti Surabaya, Padang, Makassar, Mataram, dan kepala-kepala daerah lainnya (Republika).
Larangan peringatan Valentine ini menyadarkan kita semua, terutama generasi muda, untuk kritis dan tidak larut dengan semua yang datang dari Barat. Valentine day belum tentu sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai luhur bangsa kita yang tidak mengenal istilah pergaulan bebas. Mereka yang beragama tertentu juga memiliki hak memperingati hari Valentine sebagai salah satu orang suci dalam ajaran agama mereka. Yang menjadi masalah adalah tindakan dan propaganda melanggar norma hukum, agama, dan sosial dalam momentum perayaan itu, misalnya pesan-pesan yang mengarah seks bebas terkait perayaan Valentine. Mungkin bukan semangat kasih sayang seperti itu yang dihayati dalam perayaan Valentine, seperti petasan di akhir Ramadhan, seperti itu pula 'penumpang gelap' membonceng peringatan hal-hal baik lalu menodainya.
Sebagai negara yang berlandaskan Pancasila, pergaulan antara muda-mudi atau antara lelaki dan perempuan mempunyai batas dan aturannya yang sanagat berbeda dengan di negara barat. Karena itu, kehadiran imbauan dan larangan yang dikeluarkan para kepala daerah itu menyiratkan pesan bahwa kita warga bangsa, mempertegas dan memperjelas identitas sebagai bangsa yang memiliki falsafah Pancasila.
Seluruh elemen masyarakat dan seluruh warga bangsa hendaknya mendukung langkah para kepala daerah ini, bahkan seluruh anggota masyarakat juga ikut mengawasi dan berkontribusi positif bagi tegak dan berjalannya keputusan para kepala daerah itu. Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, maka dapat mewujudkan Indonesia menjadi negeri yang maju dan bermartabat, yang rakyatnya memiliki akhlak dan moral yang mulia. Semoga perbedaan agama membuat kita semakin dekat dengan akidah agama kita masing-masing. Bahwa agama-agama yang dilaksanakan secara kaffah oleh setiap pemeluknya bisa membawa keselamatan seluruh umat manusia di dunia. Terakhir, agar tidak ada kesalahpahaman dengan saudara pemeluk agama lain, larangan untuk tidak merayakan hari Valentine adalah terbatas untuk para muslim saja. Mereka tidak merayakan, namun tidak menentang bagi pemeluk agama lain untuk merayakannya.
Struktur teks:
- Isu: "Hari valentine atau Valentine Day agaknya tidak asing......dst."
- Argumen Mendukung: "Bagi mereka yang mendukung, hari Valentine......dst."
- Argumen Menentang: "Namun kenyataannya, peringatan......dst."
- Simpulan: "Larangan peringatan Valentine ini......dst."
@Dari berbagai sumber
Tags: #contoh teks diskusi #contoh teks diskusi tentang kesehatan #contoh teks diskusi tentang lingkungan #contoh teks diskusi tentang pendidikan #contoh teks diskusi dan strukturnya #contoh teks diskusi kelompok