Contoh Teks Ulasan Film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"
Teks ulasan adalah teks yang mengulas sebuah fenomena ataupun sesuatu (misal: buku, film, dsb). Teks ini memiliki ciri: 1. Strukturnya terdiri atas: Identitas karya, Orientasi, Sinopsis, Evaluasi, dan Rekomendasi; 2. Memuat informasi berdasarkan pandangan/ opini penulis terhadap suatu karya/ produk; 3. Opininya berdasarkan fakta yang diinterpretasikan; 4. Dikenal dengan istilah lain yaitu resensi.
Berikut contoh teks ulasan film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" yang saya modifikasi dari berbagai sumber. Kamu dapat memodifikasinya (terutama bagian Evaluasi dan Rekomendasi) berdasarkan sudut pandang kamu sendiri setelah tentu saja menonton film ini terlebih dahulu.
Video: Youtube
Struktur Teks:
Bagian Identitas karya: "Judul: ....dst".
Bagian Orientasi: "Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck atau TKVDW merupakan .....dst".
Bagian Sinopsis: "Dikisahkan, tahun 1930, dari tanah kelahirannya .....dst".
Bagian Evaluasi: "Film berdurasi 165 menit ini menyuguhkan.....dst".
Bagian Rekomendasi: "Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan .....dst".
Referensi:
berbagai sumber
Kritik dari Bebas Ngetik
Tags: #contoh teks ulasan cerpen beserta strukturnya #contoh teks ulasan novel beserta #strukturnya #contoh teks ulasan film beserta strukturnya
Berikut contoh teks ulasan film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" yang saya modifikasi dari berbagai sumber. Kamu dapat memodifikasinya (terutama bagian Evaluasi dan Rekomendasi) berdasarkan sudut pandang kamu sendiri setelah tentu saja menonton film ini terlebih dahulu.
Judul: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pemain: Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian
Sutradara: Sunil Soraya
Produksi: Soraya Intercine Films
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck atau TKVDW merupakan adaptasi dari roman karya Buya Hamka yang diangkat ke layar lebar dan dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian. TKVDW mulai diputar di bioskop Indonesia pada tanggal 19 Desember 2013. Film arahan Sunil Soraya ini menurut situs filmindonesia.or.id berhasil menduduki peringkat teratas sebagai film paling banyak ditonton sepanjang tahun 2013 dengan jumlah 1.724.110 penonton. Di film ini, rangkaian kata-kata indah dari Buya Hamka bisa kita nikmati melalui karakter Zainuddin dan Hayati.
Dikisahkan, tahun 1930, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di antara keindahan ranah negeri Minangkabau, ia bertemu Hayati (Pevita Pearce), gadis cantik jelita, bunga di persukuannya. Zainuddin yang memendam perasaan pada Hayati, seketika menjadi pujangga dengan memberikan kata-kata yang mampu menusuk perasaan wanita yang memiliki kecantikan alami tersebut melalui rangkaian kalimat indah yang ia karang sendiri.
Setelah disuguhi oleh alur romantisme, penonton kemudian diajak untuk memasuki wilayah konflik, yaitu ketika hubungan berbeda budaya ini ditentang oleh para ninik-mamak Hayati dan juga para tetua suku, karena Zainuddin dianggap bukan seorang yang berdarah Minang. Selain itu, Zainuddin bukan termasuk seorang pria mapan sehingga dianggap tidak cocok untuk dijadikan sebagai sandaran hidup Hayati. Lalu, pada akhirnya para tetua memutuskan agar Zainuddin segera angkat kaki dari Batipuh agar tidak berhubungan dengan Hayati lagi.
Sebelum meninggalkan Batipuh, Zainuddin dan Hayati mengucapkan janji setia akan menjalani hidup bersama di suatu saat nanti. Mereka menelurkan ikrar di sebuah danau tempat Zainuddin biasa menulis.
Tetapi sebuah kenyataan kembali datang kepada diri seorang Zainuddin, di tengah gelimang harta dan kemasyurannya. Dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Perkawinan harta dan kecantikan bertemu dengan cinta suci yang tak lekang waktu. Pada akhirnya kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya, dalam sebuah tragedi pelayaran kapal Van Der Wijck. (Baca sinopsis lengkapnya)
Film berdurasi 165 menit ini menyuguhkan artistik dan properti ala tahun 1930-an yang terkesan berbau kekinian, kurang meyakinkan untuk mendukung suasana 1930-an. Tak cukup sekadar mobil kuno yang masih kinclong, latar Batavia juga hanya mengambil seadanya dari setting kota tua.
Hal yang paling terasa adalah alur ceritanya yang cukup lambat diperparah lagi dengan banyaknya dialog surat-menyurat antara Zainuddin dan Hayati, seolah tidak ada cara lain yang lebih kreatif dalam menyampaikan adegan surat menyurat. Akibatnya konflik berjalan tidak menarik, naik sebentar setelah itu datar. Backsound lagu-lagunya Nidji pun terkesan mengganggu adegan demi adegan, entah karena warna musik pop dan instrumen musik modern mereka atau karena kurang pas masuk ke plot film. Kalaupun mereka memang dipilih untuk mengisi soundtrack, seharusnya tidak perlu dimainkan terus-menerus di sejumlah adegan. Cukup mainkan saja di end-credit, agar tidak mengganggu nuansa zaman dulunya. Belum lagi ketika di tengah-tengah film, muncul musik dugem pada saat mereka menari-nari di pesta yang terdengar seperti dugem masa kini.
Kekurangan lainnya adalah special effect kapal bisa dikatakan pas-pasan. Tenggelamnya pun tak jelas apa penyebabnya (Ingat kapal Titanic, tenggelam karena menabrak karang). Terkesan dipaksakan, seolah hanya mau tenggelam saja, biar sesuai judul, kurang dramatis. Pertanyaan yang mengemuka adalah mengapa kapal yang hanya muncul sekian menit jelang akhir film ini menjadi hal penting sehingga menjadi judul? Apakah naskah yang kurang mampu menerjemahkan novel aslinya?
Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan tadi, film ini tetap memiliki daya tarik dari segi kostum yang apik dari Samuel Wattimena, dan kepopuleran para pemainnya. Dialog yang cenderung puitis, tidak jauh berbeda dari novel aslinya, menjadi penghibur buat penonton. selain itu, Soundtrack Sumpah Mati, cukup mampu mewakili perasaan cinta abadi Zainudin dan hayati. Tidak begitu mengecewakan, walau ekspektasi pencinta novelnya belum terpuaskan. Tapi tetap saja, film ini masih megah, semegah cinta Zainudin dan Hayati ,dan tentu saja, kita, para penikmat dan pencinta novel Buya Hamka.
Struktur Teks:
Bagian Identitas karya: "Judul: ....dst".
Bagian Orientasi: "Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck atau TKVDW merupakan .....dst".
Bagian Sinopsis: "Dikisahkan, tahun 1930, dari tanah kelahirannya .....dst".
Bagian Evaluasi: "Film berdurasi 165 menit ini menyuguhkan.....dst".
Bagian Rekomendasi: "Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan .....dst".
Referensi:
berbagai sumber
Kritik dari Bebas Ngetik
Tags: #contoh teks ulasan cerpen beserta strukturnya #contoh teks ulasan novel beserta #strukturnya #contoh teks ulasan film beserta strukturnya