Puisi Rakyat: Contoh dan Ciri-cirinya
Puisi Rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama.
Puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, kategori : paparikan dan wawangsalan. Selanjutnya paparikan dibagi menjadi dua : rarakitan cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat yang berupa mantra. Puisi rakyat berisi nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Termasuk puisi rakyat adalah puisi lama yang berisi pesan-pesan dan nilai- nilai warisan leluhur bangsa Indonesia.
Puisi rakyat berupa pantun, syair, gurindam, atau puisi rakyat yang berkembang di daerah tertentu. Pada acara-acara di televisi, kepiawaian membuat pantun masih menjadi andalan untuk melucu. Pada lagu-lagu juga masih ditemukan pantun. Sementara untuk gurindam, syair, dan sastra lama yang lain agak kurang lagi didengar.
Dalam dunia kesastraan kita memiliki warisan turun-temurun berupa cerita rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Karena merupakan hasil turun-temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, puisi lama biasanya disampaikan dari mulut-kemulut. Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima. Pada bagian ini puisi lama yang akan dibahas adalah pantun, syair dan gurindam.
Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mulamula” atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Seperti apakah gurindam sebenarnya? Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya.
Ciri gurindam
a) terdiri atas dua baris dalam sebait
b) tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata
c) tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan
seterusnya
d) merupakan satu kesatuan yang utuh.
e) baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian
f) baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua)
g) isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara
Pantun
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan. Pantun tersebar hampir diseluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur. Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan
bunyi bahasa, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Ini bukan berarti orang kita tidak tegas kalau hendak mengatakan sesuatu, tetapi dapat dikatakan bahwa kita memiliki gaya tersendiri dalam mengungkapkan sesuatu. Melalui pantun leluhur kita terkesan lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita tuju tidak merasa malu atau dipojokkan.
Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya.
Ciri-ciri pantun
• Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
• Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
• Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
• Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
• Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
Ciri-ciri syair antara lain :
• Setiap bait terdiri dari empat baris.
• Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
• Bersajak a-a-a-a.
• Semua baris adalah isi.
• Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
Unsur Kebahasaan Puisi Rakyat
1. Menggunakan Kalimat Perintah :
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud memberikan perintah atau suruhan.
2. Menggunakan Kalimat Saran :
Kalimat saran adalah kalimat yang bersi tentang saran pada orang lain untuk kebaikan orang lain. Konjungsi yang digunakan adalah sebaiknya, seharusnya, demi keputusan yang tepat... .
3. Menggunakan Kalimat Ajakan :
Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan pada orang lain untuk melakuakan suatu perbuatan. Konjungsi yang digunakan adalah ayo dan mari.
4. Menggunakan Kalimat Seru :
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih. Konjungsi yang digunakan adalah alangkah, betapa, dan bukan main.
5. Menggunakan Kalimat Larangan :
Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Konjungsi yang digunakan adalah jangan dan hindari.
6. Menggunakan Kata Penghubung :
Kata penghubung di bagi menjadi 4 macam.
a. Kata penghubung tujuan.
b. Kata penghubung sebab atau kausal.
c. Kata penghubung akibat.
d. Kata penghubung syarat.
7. Menggunakan kalimat Tunggal :
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki 1 subjek atau predikat.
8. Menggunakan kalimat Majemuk :
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari 1 subjek atau predikat. Terjadi dari penggabungan 2 kalimat dasar atau lebih. Dan dibagi menjadi 7 macam :
1.) Kalimat majemuk bertingkat → adalah kalimat yang terjadi dari kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara.
2.) Kalimat majemuk hubungan syarat → konjungsi yang digunakan adalah “ jika, seandainya, asalkan, apabila, andaikan ”.
3.) Kalimat majemuk hubungan tujuan → konjungsi yang digunakan adalah “ agar, supaya, biar ”.
4.) Kalimat majemuk konsensip → konjungsi yang digunakan adalah “ walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sungguhpun ”.
5.) Kalimat majemuk hubungan penyebaban → konjungsi yang digunakan adalah “ sebab, karena, oleh karena itu… ”.
6.) Kalimat majemuk hubungan perbandingan → konjungsi yang digunakan adalah “ sehingga, sampai-sampai, maka ”.
7.) Kalimat majemuk hubungan cara
SUMBER :
Buku Paket Bahasa Indonesia kelas 7 SMP kurikulum 2013.
Bab 5 Mewarisi Nilai Luhur dan Mengkreasikan Puisi Rakyat.
(Rangkuman Bab 5 Bab 5 Mewarisi Nilai Luhur dan Mengkreasikan Puisi Rakyat)
Puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, kategori : paparikan dan wawangsalan. Selanjutnya paparikan dibagi menjadi dua : rarakitan cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat yang berupa mantra. Puisi rakyat berisi nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Termasuk puisi rakyat adalah puisi lama yang berisi pesan-pesan dan nilai- nilai warisan leluhur bangsa Indonesia.
Puisi rakyat berupa pantun, syair, gurindam, atau puisi rakyat yang berkembang di daerah tertentu. Pada acara-acara di televisi, kepiawaian membuat pantun masih menjadi andalan untuk melucu. Pada lagu-lagu juga masih ditemukan pantun. Sementara untuk gurindam, syair, dan sastra lama yang lain agak kurang lagi didengar.
Dalam dunia kesastraan kita memiliki warisan turun-temurun berupa cerita rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Karena merupakan hasil turun-temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, puisi lama biasanya disampaikan dari mulut-kemulut. Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima. Pada bagian ini puisi lama yang akan dibahas adalah pantun, syair dan gurindam.
Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mulamula” atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Seperti apakah gurindam sebenarnya? Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya.
Ciri gurindam
a) terdiri atas dua baris dalam sebait
b) tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata
c) tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan
seterusnya
d) merupakan satu kesatuan yang utuh.
e) baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian
f) baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua)
g) isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara
Baca: Ringkasan | Mengenal Gurindam, Puisi Lama dari Tamil
Pantun
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan. Pantun tersebar hampir diseluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur. Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan
bunyi bahasa, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Ini bukan berarti orang kita tidak tegas kalau hendak mengatakan sesuatu, tetapi dapat dikatakan bahwa kita memiliki gaya tersendiri dalam mengungkapkan sesuatu. Melalui pantun leluhur kita terkesan lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita tuju tidak merasa malu atau dipojokkan.
Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya.
Ciri-ciri pantun
• Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
• Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
• Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
• Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
• Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
Ciri-ciri syair antara lain :
• Setiap bait terdiri dari empat baris.
• Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
• Bersajak a-a-a-a.
• Semua baris adalah isi.
• Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
Unsur Kebahasaan Puisi Rakyat
1. Menggunakan Kalimat Perintah :
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud memberikan perintah atau suruhan.
2. Menggunakan Kalimat Saran :
Kalimat saran adalah kalimat yang bersi tentang saran pada orang lain untuk kebaikan orang lain. Konjungsi yang digunakan adalah sebaiknya, seharusnya, demi keputusan yang tepat... .
3. Menggunakan Kalimat Ajakan :
Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan pada orang lain untuk melakuakan suatu perbuatan. Konjungsi yang digunakan adalah ayo dan mari.
4. Menggunakan Kalimat Seru :
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih. Konjungsi yang digunakan adalah alangkah, betapa, dan bukan main.
5. Menggunakan Kalimat Larangan :
Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Konjungsi yang digunakan adalah jangan dan hindari.
6. Menggunakan Kata Penghubung :
Kata penghubung di bagi menjadi 4 macam.
a. Kata penghubung tujuan.
b. Kata penghubung sebab atau kausal.
c. Kata penghubung akibat.
d. Kata penghubung syarat.
7. Menggunakan kalimat Tunggal :
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki 1 subjek atau predikat.
8. Menggunakan kalimat Majemuk :
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari 1 subjek atau predikat. Terjadi dari penggabungan 2 kalimat dasar atau lebih. Dan dibagi menjadi 7 macam :
1.) Kalimat majemuk bertingkat → adalah kalimat yang terjadi dari kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara.
2.) Kalimat majemuk hubungan syarat → konjungsi yang digunakan adalah “ jika, seandainya, asalkan, apabila, andaikan ”.
3.) Kalimat majemuk hubungan tujuan → konjungsi yang digunakan adalah “ agar, supaya, biar ”.
4.) Kalimat majemuk konsensip → konjungsi yang digunakan adalah “ walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sungguhpun ”.
5.) Kalimat majemuk hubungan penyebaban → konjungsi yang digunakan adalah “ sebab, karena, oleh karena itu… ”.
6.) Kalimat majemuk hubungan perbandingan → konjungsi yang digunakan adalah “ sehingga, sampai-sampai, maka ”.
7.) Kalimat majemuk hubungan cara
SUMBER :
Buku Paket Bahasa Indonesia kelas 7 SMP kurikulum 2013.
Bab 5 Mewarisi Nilai Luhur dan Mengkreasikan Puisi Rakyat.
(Rangkuman Bab 5 Bab 5 Mewarisi Nilai Luhur dan Mengkreasikan Puisi Rakyat)