Perbandingan Puisi Diafan dan Puisi Prismatis
Aspek | Puisi Diafan | Puisi Prismatis |
---|---|---|
Makna | Transparan, makna jelas dan langsung | Penuh lapisan makna, ambigu, bisa ditafsir beragam |
Gaya Bahasa | Sederhana, lugas, tidak berbelit-belit | Kompleks, banyak metafora dan simbol |
Struktur | Teratur, mudah diikuti | Bisa tidak linear, penuh lompatan makna |
Tujuan Estetika | Menyampaikan pesan secara jernih dan tulus | Mengajak pembaca menyelami dan menafsirkan |
Efek pada Pembaca | Memberi pemahaman langsung terhadap isi puisi | Memicu pemikiran mendalam dan interpretasi pribadi |
Contoh Penyair | Sapardi Djoko Damono | Sutardji Calzoum Bachri (terutama karya eksperimental) |
Contoh Singkat:
Puisi Diafan (Gaya Sapardi):
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Puisi Prismatis:
Lidah matahari mencumbui laut
Di balik kata, air menyalin bayang-bayang yang hilang
Berikut contoh dua puisi dengan tema alam, masing-masing dengan gaya diafan dan prismatis:
Puisi Diafan :
“Pagi di Hutan”
Embun menetes di ujung daun
Angin lembut menyapu tanah basah
Burung-burung bersahutan tanpa beban
Dan matahari menyelinap pelan-pelanAlam membuka pagi seperti halaman baru
Tanpa kata, ia mengajariku tenang
Puisi Prismatis :
“Simfoni Hijau”
Dedaunan bicara dalam bahasa gema
Suara akar menari di lorong-lorong sunyi
Matahari terpecah di ribuan serpih hijau
Menyusup di sela bayang yang tak selesaiHutan bukan hanya pohon
Tapi doa yang tak pernah selesai dilafalkan
Posting Komentar untuk "Perbandingan Puisi Diafan dan Puisi Prismatis"
Posting Komentar
Silakan ambil manfaat dan jika ada pertanyaan, silakan tulis di form komentar.
Terima kasih atas komentar yang sopan dan menyejukkan.